Selamat Datang Di ___ Airplane Blog ___ Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...
Google
 

Pesawat F18 Menerjang Dua Rumah, Tiga Tewas

Rabu, 10 Desember 2008 00:02 WIB

AMERIKA SERIKAT
Pesawat F18 Menerjang Dua Rumah, Tiga Tewas

TIGA orang tewas dan satu orang dinyatakan hilang setelah sebuah pesawat tempur F-18 milik Amerika Serikat jatuh di wilayah permukiman di California, Senin (kemarin WIB).

Insiden tersebut terjadi menjelang tengah hari waktu setempat atau pukul 03.00 WIB. Pesawat tempur dengan dua tempat duduk itu terbang tidak terkendali dan akhirnya jatuh menimpa dua rumah di pinggiran Kota San Diego.

Pesawat itu tengah menuju Pangkalan Udara Korps Marinir di Miramar seusai melakukan latihan di kapal perang Abraham Lincoln yang berada di Samudra Pasifik di lepas pantai San Diego. Sang pilot lolos dari maut setelah berhasil keluar dari pesawat dengan menggunakan parasut dan mendarat tidak jauh dari lokasi jatuhnya pesawat.

Asap hitam tebal membubung dari lokasi kecelakaan. Puluhan pemadam kebakaran diterjunkan untuk memadamkan api yang membakar puing-puing dua rumah yang diterjang jet tempur itu.

Tim penyelamat menemukan tubuh para korban di tengah reruntuhan rumah. Identitas para korban belum diungkap ke publik. Akan tetapi, menurut media setempat, empat orang termasuk dua anak-anak tinggal di rumah tersebut. Kami hanya tahu ada empat orang yang berada di dalam rumah, dan tiga dari mereka sudah ditemukan, terang juru bicara tim pemadam kebakaran setempat Maurice Luque sebagaimana dilansir Associated Press.

Adapun kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan dua dari tiga korban tewas tersebut adalah warga negara Korsel. Kami belum memastikan identitas para korban, tetapi dikatakan bahwa dua orang dewasa (yang tewas) adalah warga negara Korsel, ujar seorang pejabat dari Konsulat Jenderal Korsel di Los Angeles, California.

Penyebab pasti kecelakaan masih belum diketahui. Namun, menurut mantan instruktur militer Steve Diamond yang menyaksikan insiden itu, pilot pesawat tempur menyebut masalah mesin sebagai penyebab kecelakaan. Diamond menuturkan pesawat terbang rendah sebelum sang pilot keluar. Selain itu, tidak ada indikasi yang jelas adanya kegagalan lainnya, katanya seperti dikutip AFP.

Pesawat tempur F18 adalah pesawat supersonik yang banyak dipakai Korps Angkatan Laut dan Marinir AS. Pada November 2006, sebuah pesawat F18 jatuh di Pangkalan Udara Miramar, tetapi tidak mengakibatkan adanya korban jiwa. Angkatan Laut AS baru-baru ini melakukan inspeksi terhadap ratusan pesawat Hornet F-18 yang dimiliki setelah menemukan retakan-retakan pada tubuh lebih dari selusin pesawat buatan Boeing itu. Bulan lalu, AL AS menahan 10 pesawat F-18 dan menerapkan larangan terbang bagi 20 pesawat lainnya hingga dilakukan perbaikan.(*/I-3)

Sumber: Media Indonesia Online

Read More......

Pesawat Antariksa Kertas

Pesawat kertas Jepang diperkirakan mampu menembus atmosfer Bumi dari angkasa luar. Namun, tim peneliti kesulitan memprediksi lokasi pendaratan pesawat kertas itu.

Badan antariksa Jepang JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency) bekerja sama dengan para ahli seni lipat kertas Japan Origami Airplane Association (JOAA) untuk merancang pesawat kertas yang akan diluncurkan dari stasiun antariksa internasional ISS ke Bumi. Ini bukan proyek main-main.

JAXA melakukan percobaan ini untuk meneliti desain pesawat ulang-alik masa depan yang lebih aman dan efisien. JAXA pun sudah melakukan simulasi di terowongan angin hipersonik di laboratorium University of Tokyo. Hasilnya, sebuah pesawat kertas yang memiliki panjang sekitar tujuh sentimeter dan lebar sekitar lima sentimeter ternyata tidak hancur ketika melesat dengan kecepatan tujuh kali kecepatan suara (Mach 7).

Padahal pada kecepatan setinggi itu, pesawat tersebut harus menahan panas hingga 200 derajat Celsius. Kondisi di laboratorium tersebut mirip dengan kondisi yang dialami pesawat kertas itu ketika terbang dari angkasa luar menembus atmosfer Bumi. JAXA menganggarkan dana 90 juta yen (sekira Rp8,1 miliar) untuk membiayai penelitian pesawat kertas ini selama tiga tahun, ujar ilmuwan JAXA Hidehiro Akashi.

Ketua tim peneliti, yakni Profesor Aeronautika dan Astronautika University of Tokyo Shinji Suzuki mengungkapkan, gagasan pembuatan pesawat kertas tersebut sesungguhnya sudah muncul sejak sepuluh tahun silam. Pada mulanya, kami dianggap gila karena ingin membuat pesawat angkasa luar berbahan kertas. Namun, kami membuktikan ide kami ternyata sama sekali tidak konyol karena pesawat kertas sanggup menahan panas ketika menembus atmosfer, tutur Suzuki.

Suzuki menjelaskan, pesawat kertas tersebut terbuat dari kertas berbahan serat tebu yang tahan panas, angin, dan air.Kertas serat tebu tersebut kemudian disemprot dengan cairan pelapis khusus dan selanjutnya dilipat menyerupai bentuk pesawat ulang-alik AS.

Pesawat kertas tersebut dilipat oleh Kepala JOAA Takuo Toda. Ahli seni lipat kertas tersebut menghabiskan waktu 18 bulan untuk membuat desain paling tepat. Yakni pesawat kertas yang dilipat dari secarik kertas tanpa ada potongan dan perekat. Toda sudah mencoba ratusan desain sebelum mendapatkan versi final yang siap diterbangkan.

Suzuki dan Toda berpendapat, pesawat kertas tersebut kini memiliki desain aerodinamika yang baik untuk mengurangi gesekan udara ketika menembus atmosfer Bumi, yang merupakan salah satu tahap paling kritis dalam misi penerbangan ulang-alik. Tanpa aerodinamika yang tepat dan perisai penahan panas yang tangguh, pesawat ulang-alik akan terbakar habis ketika menembus atmosfer Bumi dari angkasa luar.

Suzuki menegaskan, uji coba pesawat kertas ini akan membuka jalan penciptaan pesawat angkasa luar ekstra ringan yang digunakan untuk meneliti atmosfer bagian atas. Pesawat kertas tersebut rencananya akan diluncurkan dari ISS ketika JAXA dan badan antariksa AS NASA sudah menyelesaikan pemasangan laboratorium angkasa luar Jepang Kibo di ISS, yakni pada 2010.

Masalah terbesar saat ini adalah pendaratan. Karena pesawat ini sangat ringan, pesawat ini tentu akan terbawa tiupan angin ketika sudah memasuki lapisan troposfer, ungkap Suzuki. Suzuki memaparkan, tim peneliti sempat mempertimbangkan penanaman transmitter kecil pada pesawat kertas tersebut untuk mempermudah pelacakan. Namun, transmitter itu ternyata meningkatkan bobot pesawat sehingga membuat pesawat itu kesulitan untuk menembus atmosfer Bumi.

Sumber: okezone.com

Read More......