Boeing - persuahaan penghasil pesawat terbang terbesar selain Airbus - baru-baru ini meluncurkan jenis pesawat terbarunya yang diberi nama Boeing 787 “Dreamliner”. Launching Dreamliner dilakukan pada hari minggu 8 July 2007, yang dalam system penanggalan Amerika tanggal tersebut ditulis sebagai 07.08.07, persis mewakili nama seri dari Boeing 787 Dreamliner ini.Semenjak Dreamliner dalam tahapan desain beberapa tahun lalu, kemunculannya telah mengundang kekaguman tersendiri. Banyak pihak terutama para pelaku industry transportasi udara menantikan kehadirannya. Akibatnya, Boeing kebanjiran pesanan akan Dreamliner sebelum pesawat itu diluncurkan, dan saat ini pihak Boeing mengatakan pesanan akan Dreamliner telah mencapai 600 lebih, bahkan satu jam sebelum acara peluncurannya di Seattle, Boeing menerima 35 pesanan!
Dreamliner diklaim sebagai pesawat yang paling ramah lingkungan dengan konsumsi bahan bakar yang sangat efisien, dan merupakan pesawat pertama didunia yang sebagian besar badannya dibuat dari composite material. Banyak pihak menyebut Dreamliner sebagai pesawat yang terbuat dari plastic.
New Manufacturing Model
Apa lagi yang istimewa dari Dreamliner ini? Jawabannya adalah proses desain dan manufacturing-nya. Ya, Boeing telah menerapkan model manufacturing baru dalam memproduksi Dreamliner. Untuk pertamakalinya dalam sejarah Boeing - dan dalam sejarah fabrikasi pesawat - Dreamliner diproduksi dengan model outsourcing dengan partner yang tersebar diseluruh dunia mulai dari Asia sampai Eropa. Pesawat diproduksi secara modular oleh perusahaan yang berbeda untuk selanjutnya dirakit dan diuji di fasilitas pusat Boeing di Everett, Washington. Boeing sendiri hanya berperan sebesar kira-kira 35% dari total pekerjaan dalam produksi Dreamliner ini. Boeing benar-benar menerapkan keunggulan Extended Supply Chain nya untuk mengelola proyek global raksasa ini untuk mengelola produski suatu pesawat. Boeing berhasil menggunakan supply chain excellent-nya sehingga mampu memanfaatkan keunggulan yang dimiliki oleh supplier-supplier intinya untuk meningkatkan time-to-market dengan biaya yang sangat-sangat kompetitif. Inilah model baru dari manufacturing, lokasi pabrik tidak berada dalam satu tempat, tapi diseluruh dunia, masing-masing memproduksi modul yang berbeda.
Dreamliner merupakan hasil dari collaborative design dengan melibatkan partner inti dari Eropa, Jepang dan USA yang telah terlibat sejak awal konsepsi produk. Boeing hanya memproduksi bagian body utama (the flight deck and fuselage) yang dikerjakan di fasilitas produski Boeing di Wichita. Bagian lain diproduksi oleh berbagai perusahaan partner utama Boeing diantaranya:
Roll Royce dan General Electric menyedian mesin utama
Fuji Heavy Industries - Jepang, memproduksi the centre wing box
Kawasaki Heavy Industries - Jepang bertanggung jawab untuk produski bagian depan dari badan pesawat, bagian tetap dari sayap, dan landing gear
Mitsubishi Heavy Industries Jepang, memproduksi the wing box.
Spirit Aerosystems of Wichita memproduksi bagian hidung pesawat (composite nose section)
Global Aeronautica, joint venture antara Vought Aircraft Industries dan Alenia Aeronautica, memproduksi bagian tengah dan ekor pesawat
Latecoere - Perancis memproduksi pintu penumpang
Goodrich - menyediakan the nacelles (bagian penutup mesin) and thrust reverser (bagian mesin jet)
Kaiser Electroprecision memproduksi electronic pilot control display
Flight control, navigation system, auto pilot, crew information system/maintenance system di supply oleh Honeywell Arizona
Common Core System - system pengendali dan komunikasi di supply oleh Aerospace dari Inggris
Diehl Luftfahrt Elektronik - German mensuplai Cabin Lighting System, suatu system pencahayaan baru yang tidak akan ditemukan dalam pesawat lain
Bisa kita lihat dari daftar pemasok diatas, Boeing menyerahkan tanggung jawab produksi tidak kurang dari 70% dari keseluruhan komponen pesawat. Tidak hanya itu, komponen-komponen tersebut bukanly komponen minor atau pendukung, tetapi komponen inti dan crucial pembentuk pesawat, ambil satu contoh misalnya “sayap” yang diproduksi oleh perusahaan Jepang. Ini benar-benar terobasan baru dalam manufacturing.
Mengelola sedemikian besar produksi, dengan partner yang tersebar di seantero jagad tentu merupakan tantangan tersendiri dengan resiko yang tidaklah kecil. Namun Boeing berhasil menjadikan tantangan ini menjadi suatu keunggulan, mampu meningkatkan produktivitas, menekan biaya dan meningkatkan time-to-market.
Kunci dari semua itu adalah kolaborasi tingkat tinggi antara supplier dan Boeing. Kolaborasi bahkan dimulai sejak tahap konsepsi awal pesawat yang disebut sebagai “flying technology” ini. Boeing tidak berkerja dalam mode serial dimana komponen bergerak dari satu bagian produksi ke bagian lain, melainkan Boeing bekerja sama dengan seluruh rekanannya secara simultan sebagai satu entitas global. Tiap-tiap supplier tidak mengirimkan komponen-komponen kecil ke fasilitas perakitan Boeing, tetapi Boeing menyerahkan pada supplier untuk merakit bagian-bagian pesawat tersebut kepada para suppliernya. Dengan model ini, para supplier dimungkinkan untuk mengirimkan komponen ke supplier lainnya, untuk diuji dan selanjutnya dirakit menjadi modul pesawat yang lebih besar. Contohnya, barrel section dari fuselage (central body dari pesawat) dibuat di Itali kemudian dikirim ke Vought Aircraft Industries di South Carolina. Di tempat ini komponen tadi akan dirakit dengan bagian sayap yang dikirim dari Jepang, dipasangi kabel-kabel, pipa, dan komponen pendukung lainnya, di uji dan di cat dengan warna sesuai pesanan. Selanjutnya seluruh semi rakitan ini dikirim ke pusat perakitan Boeing di Everett, Washington.
Model baru dari pabrikasi ini memerlukan visibility informasi yang sangat tinggi. Informasi harus mengalir secara simultan, kontinyu dan real-time. Dengan supplier dan mitra kerja yang tersebar diseluruh belahan bumi, kebutuhan akan visibility tentulah sangat mendasar. Perbedaan zona waktu, perbedaan bahasa adalah merupakan tantangan tersendiri yang mampu dikelola dengan baik oleh Boeing.
Kolaborasi, koordinasi antar partner didukung dengan informasi secara real time dan kontinyu menjadikan Boeing sebagai perusahaan manufactur yang menjadikan berbagai kota dibelahan bumi terhubung menjadi satu lintasan perakitan pesawat.
Dikutip dari http://baihaqi.wordpress.com/2007/07/09/boeing-787-dreamliners-supply-chain/