Selamat Datang Di ___ Airplane Blog ___ Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...
Google
 

Pesawat Mata-Mata.



Proyek pengembangan si “intel terbang” ini dimulai dengan pesawat tipe U-2, sebuah pesawat dengan kemampuan mata-mata yang dapat terbang dengan ketinggian ekstrim sehingga sulit dilacak oleh lawan.

Kabarnya pesawat U-2 ini pernah memata-matai wilayah Indonesia pada saat pemeberontakan PERMESTA dan pada peristiwa TRIKORA berlangsung.

Masih terkait U-2, pada 1960-an, pesawat mata-mata dengan pilot Francis Gary Powers, seorang agen CIA jatuh di wilayah Uni Soviet. Pesawat ini berhasil dirontokkan dari udara oleh sebuah rudal tipe SA-2.

Pesawat SR-71 lahir ketika perang dingin tengah berkecamuk, dibuat dengan tujuan untuk memata-matai Uni Soviet kala itu. Dengan kemampuannya, pesawat ini mampu menjalankan tugas-tugas intelijen dari udara.

Pesawat dilengkapi dengan kamera ultra sensitife untuk memotret dari ketinggian yang sangat ekstrim. Tak hanya itu, burung besi ini memiliki kemampuan terbang dengan kecepatan tiga kali kecepatan suara (tiga Mach).

Karena kemampuannya tersebut SR-71 dapat mengitari bumi hanya dengan sekali isi ulang bahan bakar di udara. Pesawat ini pada akhirnya memiliki pesaing, yakni pesawat SU-25 buatan Uni Soviet.

Pada 1997, SR-71 memasuki usia pensiun dan dibebas tugaskan CIA dengan alasan SR-71 boros bahan bakar. Namun pada 1999 pesawat ini diaktifkan kembali, karena tidak adanya pesawat mata-mata milik CIA yang sepadan dengan SR-71.

Perlu diketahui, skadron pesawat mata-mata AS berada dibawah kekuasaan CIA, dan pilotnya pun adalah orang-orang pilihan di CIA. Hal ini sama sekali berbeda dengan anggapan awam, bahwa pilot tersebut dianggap berasal dari Angkatan Udara AS/USAF.

Pengganti SR-71 mempunyai beberapa persyaratan utama, yakni memiliki unsur siluman/stealth, dapat terbang tinggi, kecepatan diatas 3 Mach, irit bahan bakar, dan efisien pengoperasiannya.

Tantangan dari pemerintah AS untuk membuat pesawat mata-mata dengan spesifikasi khusus itu dijawab divisi Skunk Works Lockheed Martin. Divisi ini menjawab dengan mengeluarkan prototype pesawat mata-mata terbaru yaitu, Comorant dan SR-72.

Sebelumnya, perusahaan Locheed Martin ini telah menghasilkan pesawat U-2 Dragon Lady dan SR-71 Blackbird, Stealth F-117 dan B-2. Pesawat-pesawat tersebut telah sangat dikenal luas dan teruji kehebatannya.

Di sisi lain, Uni Soviet tak mau kalah dengan negara rivalnya, negara Stalin ini mengembangkan pula beberapa varian pesawat dengan fungsi utama sebagai pesawat mata-mata, diantaranya pesawat Myasishchev M-55.

Comorant
Pada pengembangan pesawat mata-mata, divisi Skunk Works mendesain sebuah pesawat dengan fungsi beragam serta memiliki kemampuan terbang dari mana saja. Hal ini untuk memenuhi salah satu permintaan pemesannya, yakni Angkatan Laut AS/US NAVY.

Selanjutnya, Skunk Works menjawab tantangan US NAVY dengan sebuah disain pesawat seberat empat ton bersayap seperti sayap burung camar dengan nama Comorant. Sayap model ini dipasang di sepanjang tubuh pesawat agar dapat memasuki tabung misil Trident.

Pesawat ini terbuat dari titanium untuk mengurangi korosi, dan setiap ruang kosong diisi busa plastik guna mengurangi dampak guncangan. Bukan itu saja, setiap inchi badan pesawat dibuat dengan gas bertekanan tinggi.

Comorant tidak keluar dari tabung misil layaknya misil biasa, tetapi ia meluncur seperti ketika menyiapkan senjata keluar. Selanjutnya Comorant dikirim keluar mengambang ke permukaan air dan bersamaan dengan itu pula, kapal selam secepatnya menjauh.

Setelah pesawat keluar ke permukaan air, mesin pendorong menyala dan kemudian Cormorant lepas landas.

Sesudah menyelesaikan misinya, Cormorant terbang ke titik pertemuan yang telah ditentukan kapal selam di laut. Kemudian kapal selam meluncurkan robot penyelam untuk menangkap Cormorant yang sedang mengapung.

Informasi yang beredar meyebutkan, tes beberapa model Comorant tersebut telah selesai dilakukan pada September 2006 lalu. Selanjutnya Darpa akan memutuskan model mana yang akan didanai menjadi protoype yang dapat terbang.

SR-72
Sepuluh tahun setelah pesawat mata-mata Angkatan Udara AS SR-71 pensiun, divisi legendaris Lockheed Martin, Skunk Works mengerjakan sebuah proyek pesawat mata-mata dengan kemampuan istimewa.

Pesawat rahasia itu mampu menembus kecepatan 4000 mph atau setara enam Mach dan terbang pada ketinggian 100.000 kaki, serta berkemampuan jelajah antar benua. Pesawat yang diperkirakan berkode SR-72 rencananya akan terbang perdana pada 2020.

Pekembangan teknologi pesawat mata-mata pada akhir-akhir ini lebih memilih menggunakan teknologi robot atau pesawat tanpa awak. Karena itu, teknologi serupa kemungkinan besar akan diterapkan pada SR-72.

Jika SR-71 hanya memiliki kamera super sensitif yang hanya dapat mengambil gambar di bawahnya, maka pada SR-72 ditambahkan pula sensor untuk mengenali senjata dari kejauhan.
Proyek pesawat ini sifatnya sangat rahasia, jadi jangan berharap Angkatan Udara AS dan Skunk Works akan memberi keterangan tentang keberadaan pesawat konsep tersebut

Pesawat Rusia.
Sifat tertutup membuat keberadaan pesawat mata-mata milik Uni Soviet tidak diketahui keberadaannya, bahkan setelah negara komunis itu pecah. Di sisi lain, Rusia sebagai representasinya tidak juga membuka akses.
Dari beberapa varian yang dikembangkan, jenis Myasischev M-55 adalah salah satunya, tapi itu pun hanya ada sedikit informasi tentang pesawat ini.

Ide menggunakan pesawat M-55 adalah untuk menjangkau area yang tidak terjangkau sinyal satelit, atau sebagai alat darurat pada saat bencana alam terjadi dan saluran telekomunikasi melalu telepon selular tidak berjalan dengan normal.

Dengan kemampuan tambahan sebagai penyambung telekomunikasi, Myasischev M-55 mempunyai kelebihan tersendiri dibandingkan pesawat mata-mata milik AS. Keuntungannya sangat jelas, dengan kemampuan terbang tinggi, M-55 dapat mencakup area sinyal dan saluran radio yang sangat luas.

Tak hanya itu, M-55 juga dapat menyadap saluran komunikasi dan mengatur jalur keluar masuknya komunikasi, sehingga pihak Rusia dapat mengetahui lalu lintas percakapan di setiap wilayah.

Tulisan lengkap bisa dilihat di Tabloid Intelijen Edisi 22 Tahun 4, 2007